Dikutip  dari Harian ‘Soerabaiasch Handelsblaadʼ Gedung Siola didirikan pada tahun 1877 oleh Robert Laidlaw 18561935, seorang pengusaha asal Inggris. Siola difungsikan sebagai pusat perdagangan dan bisnis. Pertama kali dibuka pada bulan Maret tahun 1923 dengan nama “Whiteaway Laidlawˮ.  Bangunan  ini  menjadi  gedung terindah  se-Hindia  Belanda  kala  itu.  Robert Laidlaw harus kehilangan  banyak  tokonya kala  Perang Dunia  II. Whiteaway Laidlaw di  Surabaya diambil alih oleh pasukan Jepang dan dinamakan Chiyoda (sekarang menjadi merk lampu). Fungsinya masih sama, toko serba ada, namun lebih banyak menjual produk tas dan sepatu. Hingga Indonesia merdeka, Whiteaway Laidlaw   atau   Chiyoda   mangkrak   tak   bertuan.   Kemudian   tahun   1950-an,   ada   upaya   untuk menasionalisasikan aset-aset asing oleh pemerintah Indonesia, maka gedung itu pun  menjadi hak milik Pemkot Surabaya.
Pada dekade tahun yang sama, ada lima pengusaha yang tertarik dengan gedung Whiteaway Laidlaw   atau  Chiyoda.  Mereka  berniat  mengembalikan  kejayaannya  sebagai  pusat  perdagangan terbesar di  Surabaya. Kelimanya  adalah Soemitro, Ing Wibisono, Ong,   Liem dan Ang.  Dari mereka, terbentuk akronim SIOLA, sesuai perpaduan huruf depan nama mereka. Secara resmi, Siola dibuka dan diperkenalkan ke publik  pada tahun 1964. Benar saja, dia menjadi toko  yang cukup terkenal di seantero Surabaya pada  tahun 6080an.  Saat ini  Gedung Siola  dikelola oleh Pemkot Surabaya dan dirubah menjadi tempat pelayanan publik   sekaligus museum kota Surabaya. Gagasan ini disambut baik oleh masyarakat karena dengan dijadikannya museum, masyarakat dapat belajar sekaligus membayangkan kisah pembangunan sejarah gedung siola Septiawan, 2023.