Disharmoni Pemahaman

Dalam Logican.d Conversation, Herbert Paul Grice (1975), seorang filsuf dan ahli bahasa dari Inggris, memperkenalkan istilah implikatur. Pemaknaan implikatur melewati proses berlapis. Di samping pemaknaan konvensional, yakni makna umum terkait konveasi kebahasaan seperti arti harfiah untuk memaknai "yangdikatakan”, diperlukan pula pemaknaan nonkonvensional. Tujuannya, mengungkap "yang dimaksud” yakni konteks. Konteks itu menyangkut praanggapan dan latar belakang pengetahuan setiap pemakna. Demi asas efisiensi, implikatur senantiasa muncul dalam kegiatan berkomunikasl. Keberagaman praasumsi dan latar belakang peserta turur bakal selalu hadir sehingga makna tidak akan pemah tunggal, melainkan beragam dan berpolaritas. Alhasil, kesalahpahaman, pertikaian, bahkan, perpecahan sangat rentan terjadi. Lalu, bagaimana menyikapmya? Penutur maupun lawan tutur mengemban peran dan tanggung jawab masmg-masing. Grice menegaskan pentingoya mematuhi empat kaidah berkomunikasi yang dikenal dengan istilah Gricean cooperative principles Pertama adalah maksim kuantitas (maxim of quantity), yakni penutur hanva memberikan informasi yang.dibutuhkan, tidak lebih dan tidak kurang. Kedua, maksim kualitas (maxim of quality), yakni penutur hendaknya hanya memberikan informasi yang benar dan menjauh dari informasi yang kurang/ diragukan kebenarannya. Ketiga, maksim relevansi (Maxim of relevance), dimana penutur hanya berkontribusi sesuai dengan topik pembicaraan. Keempat, maksim pelaksanaan (maxim of manner), dimana penutur diharapkan berkata langsung, tidak samar, tidak taksa, dan runtut.

Unknown Unknown Unknown Indonesian Petra Chronicle Newspaper clippings Unknown Jawa Pos, 14 Juli 2019Jawa Pos UNIVERSITAS KRISTEN PETRA; COMMUNICATION

Files