Gereja Katolik Santo Yoseph Kepundung, Denpasar-Bali ini dibangun oleh orang Belanda untuk masyarakat Kristiani di Bali dan selesai pada tanggal 7 Desember 1955. Arsitek gereja ini sangat mencintai budaya setempat sehingga bangunan gereja merupakan gabungan antara budaya Bali dan persyaratan Katolik yang bersifat kompromistik. Namun demikian, ada beberapa masalah yang berkaitan dengan inkulturasi. Masalah akan dipecahkan melalui pendekatan semiotika dari sudut pandang Peirce. Tanda-tanda ikonik, indeksikal, dan simbolik akan dianalisis dalam kaitan dengan aspek-aspek denotasi, konotasi, dan sosial. Dari analisis ini, lebih banyak makna yang telah diungkap.