Setiap arsitek memiliki ciri khas yang ia bawa dari lingkungan asalnya. Demikian pula dengan para arsitek Belanda yang tinggal dan membangun berbagai bangunan di Indonesia. Ciri khas bangunan kolonial diterapkan pada bangunannya beserta cirinya masing-masing. Di Surabaya beberapa bangunan kolonial telah menjadi bangunan cagar budaya. Namun, tak sedikit bangunan tersebut mulai hilang karena direnovasi atau rusak. Untuk menggali kekayaan arsitektur khas Belanda, pemerintah Belanda telah memberikan hibah penelitian kepada dosen UK Petra, Timoticin Kwanda. Dosen Program Studi Arsitektur UK Petra yang mendapat hibah untuk meneliti arsitektur Kolonial Belanda khususnya karya-karya arsitek Estourgie. Estourgie merupakan salah satu arsitek asal Belanda yang telah tinggal di Indonesia dan membuat berbagai bangunan khas kolonial di Indonesia. Mulai dari pabrik, sekolah, rumah tinggal hingga gereja. Tak hanya di Surabaya, riset ini dilakukan di beberapa kota di Jawa Timur. Riset ini juga melibatkan mahasiswa untuk bisa mengenali bangunan desain Estourgie. Timoticin Kwanda dalam workshop di ruang rapat Prodi Arsitektur UK Petra, Rabu (11/10/2017) mengatakan hibah ini merupakan hibah penelitian yang dibuat sejak tahun 2016 yang lalu, yang mana arsitek Estourgie dan karya-karyanya belum begitu dikenal oleh para akademis arsitektur dan masyarakat umum di Indonesia. Sehingga hal tersebut memunculkan ketertarikan untuk mengungkapkan karakter khas bangunannya kepada publik.