Sejak tahun 1775, GPIB hadir dan menyediakan sejumlah gereja sebagai sarana beribadah jemaat Protestan di Surabaya (Indische Kerk). Salah satunya adalah gedung Ketabangkali di jalan Residen Sudirman yang kemudian dinilai kurang memadai seiring berjalannya waktu. Akhirnya majelis jemaat gereja pada 20 Mei 1940 membeli sebidang tanah guna membangun gedung gereja yang baru. Namun karena mengalami sejumlah masalah selepas kemerdekaan Indonesia, pembangunannya tertunda dan panitia pembangunan baru dibentuk pada tanggal 08 November 1957. Panitia pembangunan akhirnya mengadakan rapat dan memutuskan untuk merangkul N.V. de Gidts, de Jager Labry yang bergerak dibidang Arsitektur. Ingenieurs (teknik Sipil), Aannemers (Kontraktor) sebagai perencana (outweper) pembangunan. dan PT. Marioen Co. sebagai pelaksananya. Konsep yang dianut adalah konsep Jengki yang melambangkan perlawanan terhadap gaya Empire era penjajahan (Belanda).