Dr Lukas Musianto menceritakan pengalamannya berziarah ke tanah suci, Yerusalem dan sekitarnya. "Saya mencari makna iman. Dan saya kira siapa pun orang Kristiani yang mau ke sana harus berorientasi ke sini. Jadi, bukan untuk kepentingan sejarah atau mau membuktikan keaslian tempat-tempat suci tersebut. Bisa kecewa sendiri," papar Bapak Dr Lukas Sugeng Musianto, sosiolog dan pakar masalah Tionghoa dari Universitas Kristen Petra-Surabaya, yang dijumpai JUBILEUM di ruang kerjanya, Selasa (20/02/2001).
Pak Lukas dan kawan-kawannya yang ikut rombongan biro perjalanan Terra Sancta mengunjungi empat negara (Palestina, Israel, Yordania, dan Mesir) pada 22 Januari hingga 2 Februari 2001. Meski dirawat dengan sangat baik oleh negara pengelola, tempat-tempat suci ini tidak bisa dibilang otentik lagi. Perang Salib dan fenomena alam telah banyak mengubahnya. "Tapi ini bukan masalah bagi saya dan umat Kristiani umumnya, karena tujuan ziarah kan bukan itu. Saya mencari makna abstracto yang menguatkan iman saya. Dan ini yang penting," Pak Lukas menambahkan.
Sebagai seorang pengamat sosial, Dr Lukas juga mencatat banyak hal menarik yang bisa dijadikan pelajaran buat masyarakat Indonesia. Tradisi saling hormat dan toleransi antaragama yang berbeda. Pak Lukas menegaskan bahwa konflik atau pertentangan agama praktis tidak ada di wilayah Palestina dan Timur Tengah pada umumnya.