Dalam rangka menyambut Tahun Seni dan Budaya 1998, Jawa Timur dengan
begitu banyak aset wisata yang dimilikinya khususnya wisata budaya, mempunyai
peluang yang cukup besar untuk menjadi salah satu daerah wisata yang diminati
oleh para wisatawan. Tetap seiring dengan bertambah majunya jaman dan
teknologi, masyarakat seakan terlupa akan kesenian khas yang dimilikinya. Salah
satunya terdapat di Banyuwangi yaitu kesenian Angklung Caruk yang merupakan
kesenian tradisional warisan nenek moyang kita yang seharusnya kita jaga dan
mempertahankannya sebagai ciri khas Banyuwangi. Oleh karena itu hal ini
merupakan tantangan bagi masyarakat Jawa Timur khususnya Banyuwangi untuk
berupaya sedemikian rupa untuk mencegah semakin tenggelamnya kesenian
tradisional tersebut. Didalam upayanya mengangkat kembali kesenian tradisional
tersebut banyak ditemui berbagai macam kendala yang harus dipecahkan demi
kelangsungan diri kesenian Angklung Caruk tersebut. Setelah kendala dapat
dipecahkan kita dapat melakukan upaya-upaya lainnya yang ikut menunjang
keberadaan Angklung Caruk di dalam tujuannya untuk diangkat menjadi salah
satu obyek wisata budaya Jawa Timur. Upaya-upaya tersebut meliputi
pembenahan-pembenahan baik ke dalam yaitu kesenian Angklung Caruk itu
sendiri maupun ke luar yaitu pihak-pihak dan hal-hal yang bersangkutan dengan
kemajuan kesenian itu sendiri. Adapun pembenahan ke dalam yang dilakukan
antara lain pembenahan sarana dan prasarana, pembinaan mental para pemain,
pembinaan masyarakat, dan lainnya sedangkan pembenahan ke luar dapat berupa
promosi. Sehingga melalui usaha-usaha tersebut diharapkan kesenian tersebut
dapat berkembang dan diangkat kembali untuk dijadikan sebagai obyek wisata
yang menarik dan berpotensial sehingga selain dapat menarik minat para
wisatawan yang berkunjung juga dapat menunjang kepariwisataan Jawa Timur
khususnya Banyuwangi baik dimasa kini maupun di masa yang akan datang.