Harta karun yang tersembunyi

Judul makalah ini memuat kata "harta karun", kata tersebut bukanlah harta yang berkaitan dengan bajak laut sebagaimana sering kita baca atau saksikan di film melainkan harta karun berupa isi buku (dalam arti luas). Penerbitan buku sudah ada sejak abad menengah tatakala Johann Gutenberg menemukan mesin cetak antara tahun 1440 dan 1450. Mula-mula penerbitannya masih sederhana, kemudian maju pesat berkat adanya movable printing. Mesin cetak menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia yang sudah mengenalnya sejak abad 17 dimulai oleh para penginjil sehingga terbitan awal di Indonesia kebanyakan buku ajaran gereja dan Injil dalam berbagai bahasa lokal.
Di Eropa produksi buku yang demikian pesat menimbulkan kekhawatiran bagaimana mengetahui keberadaan buku, berapa jumlah buku yang diterbitkan setiap tahunnya, di mana disimpan, siapa yang menyimpan. Kekhawatiran itu menumbuhkan upaya pengawasan biblografis. Pengawasan bibliografi artinya penciptaan, pengembangan, pengorganisasian, manajemen and eksploatasi cantuman, mula-mula untuk mendeskripsi butiran seperti buku dan majalah yang ada di perpustakaan atau pada pangkalan data, dan kedua untuk memudahkan pemakai mengakses ke koleksi tersebut. Upaya itu selama hampir tiga abad, khususnya di Eropa Barat, dapat dikatakan kurang berhasil. Kekhawatiran akan gagalnya pengawasan bibliografis tersebut menimbulkan munculnya dokumentasi pada tahun 1895. Pada tahun tersebut Paul Otlet dan Henri LaFontaine mendirikan Institute International de Bibliographie (IIB) yang bergerak dalam bidang dokumentasi. Pada waktu itu dokumentasi artinya pencatatan buku yang diterbitkan di dunia sepanjang masa. Istilah dokumentasi pada waktu itu sinonim dengan pengawasan bibliografis (bibliographic control). Untuk keperluan tersebut dikembangkanlah kartu dokumentasi yang kelak dikenal sebagai kartu pos serta bagan klasifikasi yang kita kenal sebagai Universal Decimal Classification (UDC). Untuk mencatat buku apa saja yang terbit maka dikembangkanlah peraturan deskripsi bibliografi. Pedoman yang terkenal adalah AACR 2, kemudian dikenal format berupa MARC (Machine Readable Catalogue), lalu setelah menginjak tahap digitalisasi, kita mengenal berbagai metadata.

SULISTYO BASUKI Unknown Universitas Kristen Petra Indonesian Petra ePapers Documents containing presentations of facts or the record of some proceeding, investigation, or event Presentasi Seminar Lokakarya Nasional Lustrum ke-8 UKP dan lustrum ke-7 Perpustakaan Universitas Kristen Petra; Sulistyo Basuki Unknown

Files