Anjing liar berkeliaran di Pulau Bali dengan jumlah yang terus meningkat. Banyak dari populasi anjing liar yang tidak memiliki tuan dan tempat lindung yang aman terutama di Kabupaten Tabanan, Bali. Keresahan warga akan kasus anjing liar membawa pada banyaknya eliminasi anjing liar secara massal. Anjing yang awalnya dianggap sebagai hewan suci dalam kebudayaan Bali menjadi terancam di tanahnya sendiri. Maka dari itu diperlukan fasilitas dengan desain arsitektur yang mewadahi kebutuhan penampungan dan perawatan anjing liar serta fungsi pendukungnya. Fungsi pendukung berupa cafe atau tempat makan untuk pengunjung, museum untuk mengedukasi masyarakat Bali, dan Krematorium anjing untuk mengkremasi anjing yang meninggal. Dalam mendesain fasilitas, perlu adanya alur sistem sirkulasi yang jelas maka dari itu pendekatan sirkulasi diterapkan dalam perancangan. Pendekatan sirkulasi juga digunakan dalam mempermudah bedanya alur sirkulasi antara pengunjung, pengurus, anjing liar yang baru diselamatkan, serta anjing liar yang ada dalam shelter. Material utama yang diterapkan pada bangunan merupakan material yang natural dan alami serta mencerminkan arsitektur Bali berupa kayu dan bata.