Era fotografi digital merupakan proses kemajuan pengetahuan dan teknologi yang maha dahsyat dalam sejarah fotografi setelah Niepce dan Daguerre pada abad 19 dalam eksperimennya mampu merekam sebuah gambar yang permanen dengan objek pemandangan suasana kota di Perancis. Penemuan ini dianggap paling sempurna di bidang fotografi dibanding sebelumnya. Di era kamera digital, masyarakat memandang fotografi sebagai sesuatu yang mudah, murah, dan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Inilah apa yang sering disebut dengan digitalisasi fotografi. Meskipun demikian secanggih apapun peralatan fotografi saat ini namun masih tetap diperlukan seorang fotografer yang memiliki pengetahuan dan kemampuan teknis dengan kepekaan estetis yang baik sebagai „man behind the camera’. Di era industri kreatif seperti saat ini, fotografi dapat dikatakan berada pada empat aspek (sains, teknologi, seni, dan industri) yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Sebab masalah fotografi ternyata tidak sesederhana perkara memencet tombol rana (memotret saja), lebih-lebih dalam dunia pendidikan. Pengajaran fotografi tidak hanya dilihat dari sekedar pengajaran tentang penguasaan teknis belaka, yang hanya mengatur diafragma, kecepatan, dan pencahayaan yang tepat saja, tetapi fotografi melibatkan mata, pikiran (pengetahuan dan wawasan), dan rasa dalam menyeleksi sebuah objek dan menyatukan dalam sebuah frame yang disebut sebagai sebuah karya foto. Dan yang tidak kalah penting diperhatikan pula adalah bahwa selain mengajarkan bagaimana cara memproduksi atau membuat foto, sejak awal seharusnya juga diberikan pengetahuan dan pemahaman atas segala kemungkinan aspek pendistribusian setelah foto itu berhasil diproduksi.