Pelantikan Walikota Surabaya yang merupakan seorang wanita bernama Tri Rismaharini menimbulkan beberapa perbedaan pendapat. Beberapa masyarakat patrilinealistik menganggap bahwa pemimpin wanita merupakan pengingkaran terhadap tatanan nilai yang mengambil alih peran pria. Wanita yang menjadi pemimpin dianggap terlalu maskulin sedangkan pria yang dipimpin wanita dianggap terlalu feminim. Pandangan bahwa hanya pria lemah yang mau dipimpin wanita pun muncul. Pandangan tersebut memang benar, apabila pria tidak bisa memimpin maka peran pemimpin akan digantikan oleh wanita, seperti yang terjadi di beberapa negara lain yang dipimpin oleh wanita. Pandangan tersebut tidak berlaku bagi pasangan walikota Tri Rismaharini dan wakil walikota Bambang DH. Tri Rismaharini memimpin dengan sifat keibuannya akan professional manajemen dan otoritas yang berada di tangannya sedangkan Bambang DH memimpin dengan sifat kebapakannya yang berwibawa.