Kota Tuban merupakan salah satu kota perdagangan yang cukup ramai karena
wilayahnya dilalui jalan Daendels yang dibuat pada era kolonial. Posisinya yang berada
di jalan regional Surabaya-Babat-Tuban-Semarang-Jakarta menjadikan kota tersebut
sebagai fokus dari sistem sirkulasi kendaraan kota dan antar kota. Kota Tuban
berkembang menjadi kota perdagangan seiring dengan timbulnya lingkungan rumah-rumah
mewah yang dihuni oleh orang Eropa dan pedagang Cina kaya, yang secara tidak
langsung mempengaruhi bentuk pola lingkungan permukiman di pusat kota, yang
berdampak pada munculnya rumah-rumah tinggal sebagai tempat usaha dengan pola tata
letak ruang yang beragam.
Pola tata letak ruang bervariasi sebagai dampak aktivitas hunian-usaha, yaitu hunian
merangkap perdagangan (usaha tembakau, tembakau dan ternak, tembakau dan toko,
usaha mebel dan ternak, usaha hasil bumi, dan toko). Selain itu, proses penggunaan ruang
mengalami perubahan yang bersifat statis, berupa penambahan fungsi (dengan
penambahan ruang) dan peningkatan kualitas ruang (dengan penyempurnaan sebagian
ruang). Pemanfaatan ruang hunian-usaha mengalami perubahan karena pertimbangan
faktor ekonomi dan aktivitas usaha. Perubahan yang terjadi mempengaruhi zoning dan
organisasi ruang, namun demikian identitasnya sebagai pola grid tetap dipertahankan.