Kota Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia telah melakukan perkembangan kota yang
cukup pesat dan cepat. Namun, perkembangan kota yang pesat dan cepat ini membawa dampak memburuknya
kondisi fisik Kota Surabaya. Banjir, infrastruktur yang kurang memadai, permasalahan persampahan dan masih
banyak masalah klasik kota lainnya. Sebagai perencana yang melihat kondisi tersebut, memunculkan
pertannyaan : apa yang harus kita lakukan atau apa yang telah kami lakukan, karena jumlah lahan atau wilayah
perkotaan sangat terbatas, tidak mungkin bertambah.
Kawasan Segiempat Tunjungan dan daerah pusat kota lainnya di Kota Surabaya telah mengalami
kondisi yang stagnan dimana dipenuhi oleh padat bangunan dan padat penduduk. Selain jalan sebagai
aksesibilitas dari dan untuk pergi ke daerah permukiman, hampir seluruh permukaan tanah tertutup oleh
bangunan atau berupa lahan terbangun. Jika dalam perencanaan pembangunan perumahan di Kota Surabaya
selalu menjaga konsep rumah horizontal, maka untuk generasi mendatang, Kota Surabaya tidak akan lagi
memiliki ruang terbuka yang tersedia untuk daerah pertanian dan ruang terbuka hijau sebagai paru-paru kota.
Semua tentang bagaimana mengatasi tingkat kepadatan tinggi di kawasan permukiman yang terbatas di pusat
Kota Surabaya.
Penelitian ini memberikan beberapa gambaran kepada masyarakat yang tinggal dan hidup di tengah
Kota Surabaya yang belum dapat menerima konsep bangunan vertikal untuk perumahan mereka. Namun, untuk
menciptakan kota modern ditengah permasalahan kota yang kompleks seperti Kota Surabaya, budaya dan
pendekatan sosial akan memilih untuk memberikan beberapa ide kepada masyarakat, tentang konsep high rise
building.