Rolly muda berada dalam situasi pergulatan batin yang cukup kuat pada 1991. Dia baru saja menyandang gelar insinyur bidang teknologi dan informasi dari Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, dia harus memilih antara mengikuti jejak papanya, sebagai pebisnis cengkih atau menuruti kata hatinya, sebagai dosen di UK Petra. Bukan perkara mudah untuk meyakinkan orang tuanya, bahkan ketika mendapatkan beasiswa dan harus berangkat ke Jepang, Rolly juga kembali meyakinkan keluarga besarnya. Rupanya, keyakinan Rolly sama sekali tidak salah. Di usianya yang baru 39 tahun, Rolly berhasil meraih prestasi membanggakan, yakni sebagai guru besar. Pada tahun 2009, Rolly berhasil menduduki jabatan structural tertinggi di kampus, yakni sebagai rector. Nama Rolly juga terus melambung dan dikenal di institusi pendidikan tinggi di Korea Selatan, Thailand dan Malaysia.