Pola ruang komunal di rumah susun Bandarharjo Semarang

Dibalik itikad baik pemerintah membangun rumah susun untuk masyarakat berpenghasilan rendah, ternyata terjadi reduksi esensi kehidupan sosial budaya penghuninya. Reduksi dimaksud terjadi pada interaksi sosial, yang pada awalnya hidup bertetangga dalam suasana perkampungan, kemudian berubah menjadi suasana keterasingan dan keterbatasan karena hidup dan tinggal di rumah susun berlantai banyak. Penelitian ini menggunakan pendekatan rasionalistik kualitatif, yang bertujuan mengungkap pola-pola ruang komunal sebagai ruang interaksi sosial penghuni, diharapkan hasilnya akan menjadi bahan evaluasi desain rumah susun berikutnya. Penelitian tentang pola ruang komunal ini mengambil kasus di rumah susun yang terletak di kawasan Bandarharjo. Lebih dari delapan belas tahun, penghuni mencoba membangun interaksi sosial dengan tetangga meskipun tidak lagi dilakukan di lorong-lorong jalan seperti halnya di kampung-kampung. Upaya yang mereka lakukan adalah memanfaatkan fungsi-fungsi selasar tiap lantai bangunan dan ruang-ruang terbuka di sekitar lantai dasar bangunan untuk berinteraksi sosial antar penghuni. Pemanfaatan fungsi-fungsi ruang telah menghasilkan sebuah pola-pola ruang komunal berkelompok dengan intensitas penggunaan tinggi, sedang, dan rendah. Ruang komunal dengan intensitas penggunaan tinggi cenderung dekat dengan huniannya.

EDI PURWANTO; WIJAYANTI Unknown Universitas Kristen Petra Unknown eDIMENSI Journal Unknown DIMENSI (Journal of Architecture and Built Environment), Vol. 39, No. 1, July 2012, 23-30; Edi Purwanto (NA00000301) dan Wijayanti (NA00404550) Unknown

Files