Bentuk kota merupakan manifestasi pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang terkait dengan
pembangunan kota. Kota Surabaya menunjukkan bahwa kawasan pemukiman dihasilkan dari embrio kampong
yang merupakan model pemukiman penduduk asli pada zaman belanda di dalam kota. Perjalanan sejarah
menunjukkan masih tersisa kawasan-kawasan tertentu dengan sebutan kampung jawa, kampung madura,
kampung arab, kampung cina dan sebagainya.
Beberapa kawasan dengan kelompok masyarakat yang memiliki latar sosial budaya tertentu membentuk
kampung-kampung yang tidak tergusur oleh kepentingan sektor ekonomi maupun kebijaksanaan lain. Salah satu
kawasan dengan pemukiman yang masih bertahan ditengah perkembangannya sebagai CBD (Central Business
District) adalah kawasan segi empat emas Tunjungan. Kawasan ini dikelilingi oleh jalur-jalur utama seperti jalan
Praban, Blauran, Embong Malang dan Tunjungan. Beberapa nilai yang masih terkandung pada kawasan ini
menunjukkan cirikhas kawasan yang perlu dipertahankan melalui konservasi kawasan yang mewadahi dinamika
perubahan.
Konservasi kawasan diuraikan dalam beberapa strategi konservasi kawasan melalui proses analisa yang
menggunakan pendekatan manajemen konservasi. Beberapa kendala dan hambatan tentulah siap menghadang.
Namun warga kota dan segenap aparat Pemerintah Kota Surabaya sebaiknya terus berkomitmen untuk
menerapkannya pada kawasan heritage segi empat emas Tunjungan sebagai salah satu karakter kawasan kampung
pusat kota Surabaya.