Bale daja merupakan bale yang mengikuti perletakan sesuai dengan arah mata angin dalam penyebutan masyarakat setempat. Kaja atau daja merupakan daerah yang lebih tinggi (baca: gunung); untuk Bali Selatan merupakan sebutan bagi arah utara dan untuk Bali Utara merupakan sebutan bagi arah selatan. Fungsi tradisi bale daja adalah fungsi awal yang merupakan bale tempat tidur saja. Fungsi tradisi lainnya juga ditemukan sebagai ruang melahirkan, ruang tidur untuk anak gadis serta ruang tempat penyimpanan benda-benda pusaka (gedong simpan). Namun perkembangan fungsi tradisinya juga ditemukan yaitu sebagai ruang tidur yang juga berfungsi sebagai ruang untuk aktivitas domestik seperti mencari kutu, ngobrol, majejahitan (membuat bahan persiapan upacara), membaca dan menulis lontar, menerima tamu, rembuk keluarga serta menghadap pimpinan pada rumah pemimpin umat atau pun pemimpin masyarakat. Ditemukan 7 tipe bale daja dalam kapasitasnya sebagai arsitektur tradisional Bali. Pada perkembangannya, ditemukan bale daja dengan tambahan toilet, ruang kerja modern, ruang TV, dengan pencapaian dari samping dan tambahan jendela dengan bukaan yang cukup luas serta memakai bahan-bahan baru. Tulisan ini mengetengahkan kajian terhadap perkembangan bale daja ditinjau dari kaidah-kaidah arsitektur tradisional Bali melalui transformasi, fenomena both-and, dan resultan kompleksitas. Transformasi bale daja saat ini mengarah pada resultan yang membenarkan yang masih mengikuti kaidah-kaidah arsitektur tradisional Bali dan sesuai dengan nilai-nilai keyakinan masyarakat Bali. Dengan demikian terlihat bahwa perkembangan arsitektur bale daja mampu mengakomodasi perkembangan masyarakat Bali.